Label

Minggu, 13 November 2016

Makalah penginderaan jauh

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DENGAN CARA SATELITE QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN MANGROVE DI PULAU KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Felix A Siregar 3153331006
DosenPengampu :
Darwin Parlaungan Lubis


PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016



                   Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.  Topik yang diajukan adalah  Aplikasi Penginderaan Jauh Dengan Citra Satelit QuickBird Untuk Pemetaan  Mangrove di Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
serta semua pihak yang telah membantu sehingga selesesainya makalh ini ptepat pada waktunya.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan pada makalah 
ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Semoga makalah  ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


Medan,22 september 2016



       Felix A siregar













i
 

DAFTAR ISI








ii
 
 

 A.Latar Belakang

            Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah kanada,yaitu diperkirakan sepanjang 81.000 km (Dahuri,etal,1996). Pada garis pantai sepanjang itu terkandung potensi sumber daya alam wilayah pesisir yang jumlah nya cukup besar. Salah sa sumber daya pesisir di indonesia adalah ekosistem hutan mangrove.
            Luas hutan mangrove di seluruh indonesia di prkirakan sekitar 4,25 juta ha atau 3,98% dari seluruh hutan indonesia (Nontji). Pada tahun 1993 Direktorat Jendral Inventaris dan Tata Guna Hutan(INTAG) memperkirakan bahwa luas hutan mangrove di Indonesia tinggal 3,73 juta ha.
            Untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan mangrove diperlukan inventtarisasi tentang distribusi,luas dan kerapatan magrove. Inventarisasi ini berguna untuk pengelolaan dan penetapan kkebijakan pada ekosisem mangrove dan daerah pesisir.
            Dalam melakukan pemantauan dan inventarisasi mangrove tidaklah mudah.Kesulitan pemetaan dilapangan merupakan kendala kelangkaan data mangrove. S ebagai alternatifnya dikembangkan teknik penginderaan jauh. Teknik ini memiliki jangkauan  yang luas dan dapat memetakan daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan perjalanan darat.
            Salah satu data penginderaan jauh yang dapat dimanfaatkan untuk memantau hutan mangrove adalah citra Satekit QuickBird. Citra ini memiliki lebar sapuan 16,5 x 16,5 km² dengan resolusi spasial 2,44m untuk sensor multipectral. Pengamatan hutang mangrove dengan citra satelit meliputi distribusi, luasa, dan kerapatan.

B. Tujuan penelitian

            Penelitian ini bertujuan untuk :
            1. Identifikasi mangrove dengan satelit Quickbird
            2. Mengkaji peranan spesies manrove dalam komunitas mangrove

1
 
            3. Pemetaan ekosistem mangrove dengan menggunakan citra saelit Quick       Bird di Taman Nasional Karimunjawa
            Kata mangrove merupakan kombinasi antar Bahasa Portugis mangue dan Bahasa Inggris  grove. Dalam Bgasa Portugis kata mangrove di gunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan dalam Bahasa Inggris kata mangrove menggambarkan komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang mesnyusun komunitas tersebut (Macne,1997).
Menurut Nybakken (1982) hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan semua varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.  Sebutan bakau
ditujukan untuk semua individu tumbuhan sedangkan mangal ditujukan bagi
seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini.
Ciri khas yang dimiliki oleh spesies mangrove yaitu karakteristik morfologis yang terlihat pada sistem perakaran dan buahnya.  Beberapa spesies mangrove
memiliki sistem perakaran khusus yang disebut akar udara, cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik dan spesies mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui air (Japan International Coorporation Agency/JICA, 1998).

B. Penyebaran dan Luas Hutan Mangrove

            Menurut Nybakken (1988), komunitas hutan mangrove tersebar di seluruh
hutan tropis dan subtropis, mulai dari 250 Lintang Utara sampai 250 Lintang
Selatan.  Mangrove mampu tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang, bila pantai dalam keadaan sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya.

2
 
            Tumbuhan ini dapat tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur dan lingkungan yang anaerob.  Mangrove juga dapat tumbuh pada
substrat pasir, batu atau karang yang terlindung dari gelombang, karena itu
mangrove banyak ditemukan pada pantai-pantai teluk, estuari, lagun dan pantai
terbuka yang berhadapan dengan terumbu karang yang memecah gelombang
datang.
Luas hutan mangrove di seluruh wilayah Indonesia diperkirakan kurang lebih 3,7 juta ha (Direktorat Bina Program, 1982 in Kusmana, 1995).  Berdasarkan studi yang dilakukan oleh FAO/UNDP (1982) in JICA (1998), total areal mangrove di Indonesia adalah 4,25 juta ha.  Menurut Nontji (1987) luas hutan mangrove di
seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 4,25 juta ha atau 3,98% dari seluruh luas
hutan Indonesia.
Ekosistem mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang  termasuk tertinggi di dunia, seluruhnya tercatat 89 jenis; 35 jenis berupa pohon, dan selebihnya berupa terna (5 jenis), perdu (9 jenis), epifit (29 jenis) dan parasit (2 jenis) (Nontji, 1987).  Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting atau dominan yang termasuk dalam empat famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, dan Meliaceae.      
Areal hutan mangrove yang luas antara lain terdapat di Pesisir Timur Sumatera, Pesisir Kalimantan dan Pesisir Selatan Irian Jaya.  Hutan mangrove di Jawa banyak yang telah mengalami kerusakan atau telah hilang sama sekali
karena aktivitas manusia.
Menurut Kusmana (1995) terjadinya proses pengurangan lahan mangrove di  beberapa propinsi disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini :
a         Konversi hutan mangrove menjadi bentuk lahan penggunaan lain seperti   pemukiman, pertanian, industri, pertambangan dan lain-lain
b        Kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkendali oleh perusahaan-       perusahaan Hak   Pengusahaan Hutan (HPH) serta penebangan liar dan  bentuk perambahan hutan lainnya
c         Polusi di perairan estuaria, pantai dan lokasi-lokasi perairan lainnya
tempat tumbuhnya mangrove
d        Terjadinya pembelokan aliran sungai maupun proses abrasi atau
sedimentasi yang tidak terkendali.



 
 

C. Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove

            Menurut Soegiarto (1982) manfaat hutan mangrove yang tidak langsung
adalah :
1.  Sebagai pelindung pantai
2.  Sebagai pengendali banjir
3.  Sebagai pengendali bahan pencemar, dan
4.   Sebagai sumber energi atau bahan organik bagi lingkungan sekitarnya

D. Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Mangrove

Penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan menggunakan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1990).
Chaudhury (1985) manjelaskan bahwa informasi lebih lanjut yang dapat diperoleh dari penginderaan jauh untuk studi ekosistem mangrove adalah :
a         Identifikasi dan kuantifikasi hutan mangrove
b        Identifikasi dan kenampakan zona (tipe-tipe vegetasi) di daerah mangrove
c         Identifikasi keberadaan dan profil dataran berlumpur
d        Monitoring proses-proses dinamis (akresi, erosi) di lingkungan mangrove
e         Monitoring sedimentasi laut lepas, ekspor bahan organik dan sistem aliran
f         Identifikasi tipe-tipe tanah
g        Monitoring karakteristik air (contoh : salinitas, turbiditas) di dearah mangrove
h        Monitoring tata guna lahan mangrove (contoh : akuakultur, kehutanan)
i          Monitoring perubahan aktivitas penggunaan lahan di daerah mangrove

E. Penggunaan Indeks Vegetasi Untuk Kerapatan Mangrove

1.  Indeks Mangrove (IM) = NIR / (MIR)2
            (Daniher dan Luck, 1991)
2.  Difference Vegetation Index  (DVI) = NIR - RED
            (Richardson dan Weigand, 1997 in Hariyadi, 1999)
3.  Middle Infra Red Index (MIR) = (MIR-RED) / (MIR+RED)
            (Roy dan Shirish, 1994 in Hariyadi, 1999)

4
 
4.  Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) = (NIR-RED)

            (NIR+RED) (Rouse et al., 1974 in Hariyadi,1999)
5.  Ratio Vegetation Index (RVI) = NIR / RED
            (Rouse et al., 1974 in Hariyadi,1999)

F. Bahan dan Metode

- Waktu dan Lokasi
- Alat dan Bahan
Metode :
- Survei lapang
- Penentuan lokasi

G. Parameter Yang Di Ukur

a.  Nama spesies
b. Diameter batang, dengan cara mengukur kelilingnya, untuk mengetahui luas bidang dasar untuk menduga volume pohon dan tegakan
H. Hasil Penelitian
Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis mangrove memberikan gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.  Indeks nilai penting ini berkisar antara 0 -300 untuk pohon serta anakan dan berkisar antara 0 ± 200 untuk semai (Lampiran 9).

5
 
            Vegetasi mangrove yang ditemukan pada saat pengamatan dibedakan antara pohon, anakan dan semai.  Jenis mangrove yang ditemukan mempunyai kerapatan dan luas penutupan jenis yang berbeda. Berdasarkan survei lapang hutan mangrove di P. Karimunjawa ditemukan  delapan spesies mangrove, yaitu : Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba. Pada tingkat pohon hanya jenis Acanthus ilicifolius yang tidak ditemukan. Jenis ini hanya ditemukan di Stasiun 21 pada tingkat anakan dengan nilai INP sebesar 145.  Jenis tumbuhan ini merupakan tumbuhan berduri dan dapat menjadi dominan di hutan mangrove yang rusak. Aegiceras corniculatum ditemukan pada tingkat pohon di Stasiun 10 dan 11, serta pada tingkat anakan di Stasiun 10 dan 12.  Jenis ini berperan penting pada 45 tingkat semai di Stasiun 12 dengan nilai INP sebesar 156.  Jenis tumbuhan ini sering tumbuh serempak membentuk semak belukar.
Jenis Avicennia alba ditemukan pada tingkat pohon dan anakan di Stasiun 21, 22, 23, 24.  Keempat staiun ini terletak di pesisir utara P. Karimunjawa yang letaknya relatif terlindung dari hempasan gelombang secara langsung.  Jenis ini berperan penting di keempat stasiun tersebut. Excoecaria agallocha hanya terdapat pada tingkat pohon di Stasiun 2, 8, 11, 12.  Jenis ini memiliki INP terendah di Stasiun 12 dengan nilai INP 52, dan memiliki INP tertinggi senilai 98 di Stasiun 11.  Jenis ini memiliki getah yang berwarna putih susu dan dapat merusak mata. Jenis mangrove yang paling sering ditemukan adalah Rhizophora apiculata. Spesies ini ditemukan baik pada tingkat pohon, anakan maupun semai. Rhizophora apiculata berperan penting di beberapa stasiun, dengan nilai INP terendah sebesar 61 dan nilai INP tertinggi sebesar 300 untuk tingkat pohon.
            Rhizophora mucronata ditemukan pada tingkat pohon di Stasiun 2, 4 , 13, 14, 15, 16, 19, 20 dan pada tingkat anakan pada Stasiun 2, 4, 8, 14, 20.  Jenis ini berperan penting pada tingkat pohon di Stasiun 13, 14, 15, 16 dengan nilai INP tertinginya sebesar 239.  Pada tingkat anakan Rhizophora mucronata juga berperan penting di Stasiun 14 dengan INP sebesar 205. Jenis Rhizophora stylosa ditemukan pada tingkat pohon di Stasiun 6, 8, 10, 12, 16, 17, 18, pada tingkat anakan di Stasiun 5, 6, 7, 8, 10, 14, 18 dan semai di Stasiun 6.  Spesies ini berperan penting pada tingkat pohon dan semai di Stasiun 6 dengan  INP sebesar 192 dan 200.  Untuk tingkat anakan Rhizophora stylosa
berperan penting di Stasiun 6, 8, 10. 46 Sonneratia alba hanya dijumpai pada tingkat pohon di Stasiun 5, 20 dan 21, dengan nilai INP berkisar antara 77 ± 187.  Jenis ini merupakan vegetasi yang berperan penting di Stasiun 5. Masyarakat setempat banyak yang mengambil kayu dari hutan mangrovesehingga terjadi kerusakan di beberapa tempat.  Luasan hutan mangrove di P. Karimunjawa semakin berkurang karena banyak dikonversi menjadi lahan tambak dan pemukiman.



6
 
 

A. Kesimpulan

Salah satu kelebihan citra satelit QuickBird adalah resolusi spasialnya yang sangat tinggi, yaitu 2,44 m x 2,44 m.  Dengan resolusi tersebut satelit ini mampu membedakan dua genus mangrove yaitu Avicennia dan Rhizophora.  Genus lain yang terdapat di Karimunjawa tidak dapat dipisahkan karena luasannya kecil sehingga tidak dapat dibuat daerah latihnya.
Nilai overall accuracy citra QuickBird komposit 423 adalah 84,33% dengan koefisien kappa 0,812.  Avicennia memiliki nilai produser accuracy 72% dan nilai user accuracy 92,50%, sedangkan Rhizophora memiliki nilai produser accuracy 76% dan nilai user accuracy 88,64%. Kerapatan dan respon spektral memiliki hubungan linear, ini dapat dijelaskan dengan indeks vegetasi.  Dari  indeks vegetasi tersebut yang memiliki koefisien determinasi terbesar untuk Rhizophora adalah RVI dengan koefisien determinasi (R2) = 54,02% dan korelasi (r) = 0,73. Untuk Avicennia koefisien determinasi terbesar (R2) = 54,02% dan korelasi (r) = 0,73 dengan TNDVI.

B. Saran

Dalam menentukan reflektansi dari tanaman mangrove lebih akurat jika menggunakan spektroradiometri.  Untuk penelitian lebih lanjut perlu dipilih suatu lokasi yang memiliki genus mangrove lebih beragam. Selain itu perlu dilakukan pengukuran biomassa, penutupan tajuk dan Leaf Area Indeks (LAI).  Hal ini berguna untuk membandingkan faktor apa yang paling erat hubungnnya dengan indeks vegetasi.





7
 
 

 

 


Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ). 2002.
Inventarisasi dan Penyebaran Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa. BTNKJ.€€
Semarang. Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2004. Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa.
http://mofrinet.cbn.net.id/informasi/tamnas/karim_1.html
Carolita, I., I Made P., Y. Erowati, dan Asikin A. 1995. Monitoring Keadaan
Hutan dengan Menggunakan Data NOAA AVHRR di Daerah Kalimantan Barat dan Sebagian Kalimantan Timur. Warta LAPAN volume  43 Hal 32-42. Jakarta.
Chaudhury, M. U. 1985. LANDSAT : Application to Mangrove Ecosystem
Studies. UNDP/ESCAP Regional Remote Sensing Programme and SEAMEO-BIOTROP. Bogor. Hal 57-63.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dewanti, R. 1999. Kondisi Hutan Mangrove di Kalimantan Timur, Sumatra, Jawa, Bali dan Maluku. Majalah LAPAN edisi Penginderaan Jauh No.01 Vol. 01. LAPAN. Jakarta. Digital Globe. 2004. Standart Imagery.
http://www.digitalglobe.com Dirgahayu, D., M. Kusumowidagdo, E. D. Djaiz, dan I Made P. 1992. Metode 

critical book report ekologi manusia dengan lingkungan

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha ESA yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Critical Book Report”.Makalah ini berisikan tentang kritikan buku EKOLOGI Manusia dengan Lingkungannya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang buku tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Demikian makalah ini dapat bermanfaat kita.








14,November 2016



Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 1
C. Manfaat............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Identitas Buku................................................................................. 2
B. Pengantar......................................................................................... 2
C. Ringkasan Buku............................................................................... 2
D. Penilain Terhadap Buku................................................................... 10
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................... 11

B. Saran................................................................................................ 11



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Ekologi manusia adalah ekologi yang mempelajari stu jenis makhluk hidup, yaitu manusia, sebagai bagian dari ekologi, atau autoekologi, ekologi manusia disebut juga ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Ekologi manusia pada hakkikatnya mengaplikasikan konsep-konsep ekologi secara sistematik dalam pengkajian populasi manusia. Populasi manusia dan penyebaran variable socialnya dalam tata ruang juga ditekankan dalam ilmu ini, sehingga berkaitan erat dengan geografi. Mengingat sifatnya yang homosentris dan antroposentris, jrlas terlihat bahwah kepentingan manusia berada diatas kepentingan yang lain, atau bahwah ekologi bertujuan untuk kesejahteraan manusia. Hal ini berkaitan erat dengan ekonomi. Jadi, secara praktis lingkungan ekologi manusia berada dalam tumpang tindih diantra ekologi, geografi dan ekonomi. Masing-masing merupakan kaitan utama dari ekologi manusia.
B. Tujuan
            Critical Book Report ini bertujuan :
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
    Oleh setiap bab dari sebuah buku.
4. Membandingkan isi buku pada keadaan nyata dan lingkungan sekitar.
C. Manfaat
            Adapun manfaat dari Critical Book Report ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan tentang isi buku
2. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensip yang tampak  dalam isi buku

BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Buku
Buku yang dipakai sebagai bahan untuk Critical Book Report adalah
1. Judul                        : EKOLOGI Manusia dengan Lingkungannya
2. Penulis                     : Prof. Dr. D. Dwidjodeputro
3. Tahun pembuatan    : 1994
4. Tebal Buku              : 133 halaman
5. Penerbit                    : ERLANGGA
6. Dicetak                     : P.T Gelora Aksara Pratama
7. Cetakan ke              : 3
8. bahasa teks              : Bahasa Indonesia
B. Pengantar
            Buku “ EKOLOGI Manusia dengan Lingkungannya ” Yang dikarang oleh Prof.Dr.D. Dwidjodeputro terdiri dari 3  pokok bahasan. Ke- 3 pokok bahahsan tersebut secara berturut-turut antara lain Ekologi, Energi, Ilmu kependudukan.
C. Ringkasan Buku
            Ringkasan buku Prof. Dr. D. Dwidjodeputro
Bab I
Pendahuluan
            Kata eko berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah tangga, dan kata logos berasal dari bahasa yunani juga yang berarti ilmu atau uraian, jadi pada dasarnya, ekolgi adalah ilmu kerumah tanggaan. Tiap benda memerlukan tempat atau ruang, ruang dan segala yang ada didalamnya merupakan lingkungan dari benda tersebut. Benda itu dapat berupa makhluk hidup maupun makhluk tak hidup.
            Lingkungan terdiri atas 2 komponen, yaitu komponen hayati dan komponen non-hayati. Antara unsure-unsur yang merupakan komponen hayati terdapat hubungan timbal balik tumbuhan, hewan, dan antara unsure-unsur yang merupakan komponen nonhayati pun terdapat hubungan timbal balik. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara unsur-unsur tersebut diberi nama Ekologi yang dalam bahasa Indonesia disebut juga Ilmu Lingkungan atau Ilmu Lingkungan Hidup. Ilmu lingkungan bias dipelajari secara objektif dan subjektif atau secara antroposntris, untuk kepentingan manusia. Tidak dapat disangkal, bahwa manusia berperan sebagai obyek teapi pada waktu yang sama bisa juga berperan sebagai subyek. Pembinaan ini dilakukan oleh menteri Negara yang mengurus kependudukan dan lingkungan hidup. Mengupayakan kelestarian lingkungan yang sehat, meningkatkan kesejahteraan kehidupan bangsa, baik material maupun spiritual, memacu tiap warga Negara untuk turut berperan aktif adalah sasaran departemen ini.
            Memelihara lingkungan adalah soal pendidikan dan soal rasa tanggung jawab, ilmu lingkungan berkepentingan dengan ilmu komunikasi. Komunikasi yang jelek merusak lingkungan. Sebaliknya, komunikasi yang jelas, yang mengena dapat menghindarkan kekisruhan dan menimbulkan suasana yang menyenangkan, dan inilah sasaran pendidikan lingkungan. Jika kita berada dalam sebuah ruangan yang indah, bersih, dengan sendirinya kita berpikir beberapa kali sebelum menyulut rokok, dan kita tidak akan meludah atau membuang sesuatu yang mengotori lingkungan. Memang, lingkungan yang bersih mendidik orang untuk berbuat bersih.
            Estetika atau keindahan lingkungan menjadi tolak ukur tingkat peradaban, selera, kesejahteraan para penghuninya. Keindahan itu suatu pengertian subyektif, selera manusia berbeda-beda. Tetapi ada satu norma yang diakui oelh setiap manusia beradap yang disebut indah, yaitu keteraturan, meskipun bisa diartikan juga keteraturan dalam ketidakteraturan. Tentang rumah, perumahan, tempat kerja, kantor dan pabrik selayaknya merupakan lingkungan yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan niscaya dapat meningkatkan prestasi kerja seseorang, dan ini benar pengaruhnya terhadap estetika lingkungan.
            Etika meliputi aturan hidup bersama, sopan santun, norma, nilai moral. Seperangkat aturan dan peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hubungan harmonis antar umat manusia disebut kode  etik. Pelanggaran terhadap etika atau kode etik tidak identik dengan pelanggaran hokum. Etika menyangkut perilaku seseorang dalam hal moral seperti susila-tidak susila, jujur-curang, benar-bohong, sopan-jorok. Jelaslah, bahwa disuatu lingkungan yang masing-masing penghuninya menjunjung tinggi etika, disitu terbentuk suatu kehidupan bersama yang menyenangkan, suatu masyarakat yang sehat. Pelanggaran etika lingkungan banyak terjadi dimana-mana, seperti membuang sampah/puntung rokok di sembarang tempat, membuat gaduh, teriak-teriak disuatu tempat banyak orang yang sedang memerlukan ketenangan, membuat coret-coretan pada pagar atau dinding-dinding bangunan. Berjubelnya orang-orang antri di depan loket tempat penjualan tiket atau perangko, semrautnya lalu lintas dijalan umum menunjukkan kurang adanya kesadaran akan etika lingkungan. Nilai, martabat pribadi atau suatu bangsa dapat mengalami perubahan. Perjuangan hidup, ledakan penduduk, kesejahteraan yang tidak merata adalah factor-faktor yang banyak berpengaruh kepada etika lingkungan.
            Suatu kejadian yang erat hubungannya dengan estetika dan etika lingkungan ialah peristiwa pencemaran lingkungan. Suatu lingkungan hidup dapat terganggu oleh kerusakan atau perusakan. Kerusakan lingkungan bisa terjadi karena factor-faktor alam seperti banjir, musim kemarau, erosi, gempa bumi yang semuanya disebut bencana alam. Gangguan lingkungan akibat ulah manusia disebut pencemaran ( polusi ). Pencemaran atau polusi ialah segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam jumlah yang demikian banyak sehingga menggangu kesehatan atau kesejahteraan manusia (Engler dalam Environmental science 1983, halaman 385).
            Jenis-jenis pencemaran ;
Pencemaran oleh suara, dapat terjadi karena bising dari mesin pabrik, kendaraan bermotor, gaduhnya orang ber hura-hura, karena penggunaan pengeras suara yang tidak terkontrol.  Tetapi suara bisik-bisik atau lemah dapat juga mengganggu konsentrasi belajar, rapat atau seminar dan sebagainya. Pencegahan pencemaran oleh suara dapat dilakukan dengan meredam suara, dengan mengunakan bahan yang kedap suara, dan yang terpenting ialah kesadaran manusia.
Pencemaran udara, terjadi karena asap dari kendaraan bermotor, mesin pabrik, pembakaran sampah.
Pencemaran air, air bersih merupakan prasyarat bagi kesehatan. Air yang ditanah terbuka dapat tercemar oleh limba rumahtangga, pabrik. Sisa-sisa pestisida yang mencemari air dapat menyebabkan kematian ikan dan ternak yang kebetulan minum air tersebut. Air laut bisa tercemar oleh minyak seperti sering terjadi karena pecahnya kapal tangker pengangkut minyal.
Pencemaran tanah, pembangunan rumah atau gedung yang belum diperlengkapi dengan system pembuangan limbah berarti rumah atau gedung tersebut belum selesai, belum dapat dihuni. Pembuangan sisa-sisa bongkaran bangunan, sampah dan limbah disembarang tempat, tersumbatnya got, saluran pembuangan limbah merupakan penyebab utama pencemaran tanah.
Wawasan, pandangan dan sikap adalah tiga kata yang mempunyai inti makna yang sama. Kita mengenal isitilah wawasan nusantara, yaitu sikapnya yang menutamakan kepentingan nasional (nusantara) diatas kepentingan internasional. Ucapan “Right or wrong my country” bersumber pada wawasan nasional. Wawasan lingkungan tidak hanya meliputi keadaan pada dewasa ini, tetapi juga memperhatikan kemungkinan perkembangan dimasa mendatang. Seorang yang berjiwa oportunis /egois kurang memiliki wawasan lingkungan yang luas.

Bab II
Energi
Energi adalah daya atau kemampuan melakukan usaha. Baik makhluk hidup maupun makhluk tak hidup mempunyai energi. Batu, air, udara adalah bentuk energi. Batu yang mengelinding, air yang mengalir memiliki energi,energi ini disebut energi gerak atau kinetik. Makanan kita yang berupa karbohidrat , lemak, protein  pun suatu bentuk energi potensial.
Cahaya matahari juga merupakan sebuah energi diamana tumbuh-tumbuhan dapat melakukan proses foto sintetis dengan bantuan sinar matahari, karbohidrat yang disusun tanaman hijau merupakan bahan dasar untuk penyusun lemak, protein dan macam-macam zat organik yang lain yang diperlukan oleh semua makhluk hidup.
Dalam menghadapi hari depan, kita harus sumber-sumber alam yang kita miliki supaya kita dapat menentukan kebijakan penggunaannya. Kebijaksaan itu pada dasarnya tiada lain daripada penggunaan yang efisien. Sumber daya alam ada yang tidak habis dipakai seperti tanah, udara, air,hydrogen, oksigen, nitrogen, belerang, fosfor, kapur, besi, dan lain lain yang pada suatu waktu dapat menjadi senyawa organic membentuk tubuh makhluk hidup, pada waktu yang lain mereka terlepas lagi untuk depersatukan kembali oleh hidup. Hidup adalah energy pemersatu dan pengurai unsure-unsur tersebut. Unsur-unsur tersebut dapat kita lihat peredarannya yaitu :
Peredaran Belerang(s), tiap makhluk hidup membutuhkan belerang, unsure tersebut merupakan komponen penting dalam banyak protein. Asam-asam amino yang sangat kita butuhkan seperti metionin,sistin,sistein mengandung unsure belerang. Belerang yang terkandung dalam makhluk hidup akan terlepas apabila makhluk tersebut mati dan jasadnya terurai oleh nikroorganisme. Selanjutnya unsur S dapat bersenyawa dengan besi, dengan kapur, dan sebagai sulfat dapat diserap tumbuhan untuk penyusunan asam amino dan kemudian protein, konsumen memporoleh belerang karena makan tumbuhan tersebut ; dengan demikian lengkap peredaran belerang.
Fosfor (p) dan peredarannya, fosfor merupakan mikroelemen esensial dan diperlukan oleh setiap makhluk hidup dalam kadar yang lebih tinggi dari pada mikroelemen mikroelemen lainnya. Fosfor alami terdapat dalam tanah dalam bentuk fosfat juga, kebanyakan bersenyawa dengan batu-batuan. Tumbuhan menyerap fosfor dalam bentuk fosfat untuk kelangsungan hidupnya, bahan fosfor yang terkandung dalam makhluk hidup (baik produsen maupun mkonsumen) akan kembali ketanah, apabila makhluk tersebut sudah mati dan terurai jasadnya. Dengan demikian fosfor dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan.
Peredaran Karbondioksida (CO2), proses fotosintetis yang membutuhkan karbondioksiada akan diubah oleh tumbuhan menjadi oksigen ke udara, dan pernafasan atau pembakaran akan mengembalikan karbondioksida ke udara dan akan di proses kembali oleh tumbuhan menjadi oksigen.
Peredaran Nitrogen (N2), Udara mengandung 79% nitrogen, kebanyakan nitrogen diasimilasikan tumbuhan lewat perakaran dalam bentuk nitrat. Nitrogen yang sudah diasimilasikan dalam tubuh makhluk hidup pada umumnya berupa protein, akan kembali ke udara lewat penguraian oleh mikroorganisme. Peristiwanya disebut denitrifikasi, dan denitrifikasi dilakukan oleh kelompok bakteri denitrifikan, misalnya dari genus bacillius.
Terlepasnya kembali unsur-unsur C,H,O,N,S,P. dan lain-lain dari zar organic menjadi zat-zat organic lewat kegiatan mikroorganisme merupakan bagian bagian dari ekosistem yang lengkap.

Bab III
Ilmu Kependudukan
Pertambahan jumlah penduduk Indonesia sejalan dengan pertambahan penduduk seluruh dunia. Untuk mempelajari liku-liku kependudukan adalah Ilmu Kependudukan atau Demografi (demos= rakyat, grafi=pemerian, pelukisan). Demografi mrupakan subdisiplin penting dari ekologi. Pada dasarnya, ilmu kependudukan mulai dengan membicarakan  laju kelahiran, laju kematian, laju kesuburan, laju pertambahan.
Laju Kelahiran ialah jumlah bayi lahir hidup pada suatu tahun per 1.000 penduduk. Jumlah ini dinyatakan dengan persen dari 1.000 penduduk.
Laju Kematian ialah jumlah orang ( tidak membedakan umur ) yang mati pada suatu tahun per 1.000 penduduk. Angka inipun dinyatakan dalam persen.
Laju Pertambahan ialah laju pertumbuhan penduduk dalam suatu tahun, dinyatakan dengan persen dari seluruh penduduk disuatu wilayah.
Dewasa ini dunia menghadapi masalah selalu meningkatnya pertumbuhan penduduk.sebagai kesatuan kawasan, dunia hanya mengenal variabel kelahiran dan kematian, tidak mengenal variabel imigrasi dan emigrasi. Untuk meramalkan pertambahan penduduk di tahun yang akan mendatang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Pt  = jumlah penduduk n tahun lagi
Po = jumlah penduduk yang diketahui sebagai titik tolak
= persen kenaikan laju kelahiran (laju pertambahan) ditulis dengan desimal , jadi 0,0x.
n   = jumlah tahun yang menjadi sasaran.
            Mengenai jumlah penduduk sekian tahun lagi itu penting sekali dalam hubungannya dengan perencanaan bagaimana meningkatkan jumlah pangan, sandang, dan perumahan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja.
            Dari segi ekologi dan geopolotik pemerintah Indonesia, distribusi penduduk dinegara kita ini perlu diatur, misalnya tidak boleh terlalu padat di daerah-daerah tertentu, dan hampir kosong di daerah-daerah lain. Untuk pemerataan penyebaran penduduk sudah dilakukan dalam zaman penjajahan, dimulai pada tahun 1927 ada pemindahan penduduk ( kolonisasi ) dari pulau jawa kepulau sumatera ( lampung ) yang dikenal dengan istilah  transmigrasi  setelah Indonesia merdeka. 
            Jumlah suatu populasi tidaklah tetap sepanjang masa, jika populasi dikaitkan dengan manusia, maka kita bisa menggunakan kata penduduk. Kata populasi digunakan untuk kelompok makhluk hidup bukan manusia, misalnya populasi pohon jati terus-menerus menyusut dan sebagainya. Kepadatan penduduk dinyatakan dengan jumlah individu per km². dalam kenyataannya, tidak tiap 1 km² dihuni oleh jumlah yang sama . perhitungan rata-rata menjadi : jumlah penduduk seluruhnya dibagi luas wilayah seluruhnya dinyatakan dengan sekian per km². secara nasional jumlah penduduk Indonesia ialah 300 jiwa per km². jumlah penduduk berubah-ubah dikarenakan ada yang lahir, ada yang mati, ada yang pergi, ada yang datang. Kalau angka kelahiran sama dengan angka kematian dan angka emigrasi sama dengan angka imigrasi maka jumlah penduduk secara keseluruhan konstan saja. Ini berarti bahwa secara local tidak ada perubahan.
            Didalam biologi dikenal dengan aksioma : tiap makhluk hidup berkembang biak ; perkembangbiakan itu perlu untuk melestarikan jenisnya. Proses dipengaruhi oleh banyak faktor luar seperti makanan, suhu, kebasahan, radiasi, dan faktor dalam seperti usia, genetik. Faktor pembatas yang menyebabkan perkembangbiakan tidak berjalan terus ialah daya dukung lingkungan. Daya dukung suatu lingkungan menyangkut tempat dan sumber makanan. Meskipun daya dukung lingkungan belum terkampaui, namun garfik pertambahan populasi tidak berupa garis lurus sperti di harapkan dari segi matematik. Karena keadaan lingkungan teatap saja, tidak menjadi luas dan tidak menjadi tambah makanan, maka timbullah efek berjubel dengan akibat angka kematian melebihi angka kelahiran. Meningkatnya kejahatan, pengangguran, pelanggaran-pelanggaran estetika dan etika lingkungan adalah gejala memburuknya situasi ekologik. Dalam Konperensi Kependudukan Internasional yang diadakan di Bukarets dalam tahun 1980 dirasakan perlunya penanganan serius untuk mengurangi lajunya pertambahan penduduk. Musyawarah Internasional ini dikenal sebagai Pernyataan Kukarets. Adanya musyawah internasional ini merupakan bukti betapa tingginya masalah kependudukan sebagai masalah global, dan peristiwa itu membuka mata Negara-negara maju melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki Negara-negara yang sedang berkembang. Sebagai kelanjutan dari musyawarah itu, pada tahun 1985 diadakan Musyawarah Internasional mengenai keluarga berencana yang diadakan di Jakarta, yang dkenal dengan Pernyataan Jakarta.
            Konsep keluarga berencana mempunyai tujuan untuk menyeimbangkan jumlah penduduk dengan jumlah pangan dan papan yang tersedia atau dapat disediakan. Ledakan penduduk yang melampaui daya dukung atau daya tampung lingkungan, dan ini akan menimbulkan bencana baik fisik maupun moral serta sipiritual. Akhirnya, harapan akan kelestarian manusia terletak pada manusia sendiri sebagai makhluk yang berakal-budi.
D. Penilaian Terhadap Buku
            Kelebihan dan Kelemahan Buku
Kelebihan Buku :
ü  Setiap bab penulis membuat satu rangkuman dari pembahasan.
ü  Pada akhir setiap bab penulis membuat latihan-latihan untuk mengulas kembali dari pembahasan sebelumnya.
ü  Penulis seakan-akan menhajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang sebenarnya.
ü  Isi buku memiliki banyak pengertian dari para-para pendapat
ü  Penulis banyak mneggunakan ilustrasi untuk mengajak pembaca lebih memahami isi dari buku tersebut
Kelemahan Buku :
ü  Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kosa kata.
ü  Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah asing yang sulit untuk dipahami pembaca.
ü  Pengulangan informasi sering kali terjadi pada pembahasan selanjutnya.
ü  Kualitas kertas yang kurang bagus.
ü  Cover buku tersebut kurang menarik.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Ilmu lingkungan bisa sederhana, tetapi juga bisa rumit karena yang disebut lingkungan memang bisa sempit dan bisa mencakup makhluk-makhluk hidup, makhluk-makhluk tak hidup diseluruh permukaan bumi kita ini,bahkan seluruh ruang angkasa masuk dalam wilayah lingkungan kita. Ilmu lingkungan disebut ilmu yang interdisipliner , paling sedikit bagian-bagian dari biologi, fisika, astronomi, geologi, kimia, dan matematika turut dalam pembahasannya.
B. Saran
            Hendaknya Ilmu Lingkungan diajarkan untuk diketahui, dihayati, dan dilaksanakan secara konsekuen dan mana yang dianggap baik. Dan dapat dijadikan sarana mendewasakan pembacanya menjadi orang sadar dan bertanggung jawab.